Jahe Dalam Polibeg, Karung

Minggu, 28 April 2013

Budi Daya Jahe Terpadu dengan Ayam Bronik, Ayam Tronik

Setelah anjangsana ke lahan jahe di kab. Jember langsung kepada masternya, saya terinspirasi untuk mengkombinasikan kotoran hewan (Kohe) Ayam Bronik (Ayam Broiler Organik) maupun Kohe Ayam Tronik (Ayam Petelor Organik) untuk budi daya Jahe sistem Top Up.
 
 Kohe Ayam Bronik diratakan lalu ditaburi katul selanjutnya disemprot Bio Organik, lalu dimasukkan dalam karung selama 7x24 jam. Kohe yg sudah terfermentasi sudah bisa digunakan untuk pupuk Jahe.

tanaman jahe di lahan sempit bisa di sebelah rumah, tritisan, pekarangan belakang, halaman depan, rumah kososng bisa ditanami jahe ..


Budi daya Jahe sistem Top Up dalam karung. 1 bibit jahe bisa tumbuh tunas 15 batang

Kohe Ayam Tronik Sangat cocok untuk pupuk murah meriah budi daya tanaman jahe ..

Sabtu, 02 Februari 2013

Jahe Merah Yang Menggiurkan

Memilih tanaman budidaya yang tepat memang sangat berpengaruh pada hasil dan keuntungan yang akan didapat, namun jika terlalu lama memilih tanaman yang tepat maka keuntungan yang diharap akan terlewat karena musim, dan harga biasanya berkaitan, dimana musim yang kurang mendukung harga komoditi tertentu mencapai harga tertinggi, dan sebaliknya saat musim baik dan banyak orang berbudidaya biasanya hargapun juga turun hal ini sesuai dengan hukum ekonomi. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka Petani tak perlu tunggu musim atau rame- rame menanam, sehingga tidak lagi terjadi “panen massal”, dengan demikian tak perlu terjadi penurunan harga dikarenakan terlalu banyak stok dan menurunnya jumlah permintaan. 

            Kita tentukan saja pilihan kita kali ini pada tanaman budidaya Jahe Merah. Tanaman ini tak terlalu sulit dalam berbudidayanya. Cukup di sela-sela tanaman pokok (sengon, kopi, atau tanaman buah-buahan ), Media tanam bisa menggunakan Karung/Glangsing/Polybag yang telah diisi Bokashi dan tanah dengan perbandingan 1: 3. Pengisian media tanam awalnya hanya perlu diisi setinggi kira-kira 15 cm.

            Sebagai pertimbangan nilai ekonomi Polybag yang diisi 2 - 3 tunas bibit Jahe seharga Rp. 500,-  dalam waktu 8 - 10 bulan bisa berkembang menjadi 20 kg. (jika menggunakan cara konvensional, estimasi 1 rumpon hanya kisaran 2 kg). Misalnya estimasi harga ± Rp 25.000 –  Rp. 40.000, maka per polybag dapat menghasilkan Rp. 500.000,- sampai Rp. 800.000,-. Jika Anda mempunyai 100 polybag saja maka estimasi Hasil kotor yang anda peroleh adalah Rp. 50.000.000,- sampai Rp. 80.000.000,- Sebuah keuntungan yang sangat fantastis bukan…??? Itulah potensi keuntungan yang bisa kita dapatkan, tentu dengan POLA HCS, bukan Pola Konvensional. 

            Dengan perawatan sangat sederhana yakni pemupukan berkala dengan Bokashi dan SOT yang dikocorkan maupun disemprot pada bibit yang ditanam, penyemprotan dan pengocoran SOT hanya perlu dilakukan 2 minggu sekali dan penambahan Bokashi dilakukan seiring pertumbuhan tunas sampai Polybag terisi dengan ketinggian 80%. Setelah Polybag terisi Tanah dan Bokashi, maka yang dilakukan tinggal perawatan sampai panen, antara 8 – 10 bulan.

            Dan seandainya semua mau bergerak memanfaatkan tanah kosong , di pot-pot, polybag, atau pekarangan kita yang tersisa, meskipun tak begitu luas seperti program pemerintah ‘Apotik Hidup’ beberapa tahun lalu, maka kampung tempat kita tinggalpun akan mampu swasembada Jahe, bahkan tak menutup kemungkinan menembus pasar dunia.


Bagaimana..Siap Menerima Tantangan…???
            Diskusi , sharing bisa ke : 085 635 695 99


sumber : jahehcs.blogspot.com